Gagas Nusa Tenggara.......Gagas Nusa Tenggara..........Gagas Nusa Tenggara.......Gagas Nusa Tenggara..........Gagas Nusa Tenggara

 

 

 

 

 

 

 

© Gagas Nusa Tenggara 

 

Topik Bulan Ini

***

Kerusuhan masal yang terjadi di Mataram pada tanggal 17 Januari 2000 kami angkat sebagai topik investigasi untuk bulan ini. Sebagaimana halnya dengan topik-topik yang lalu, peristiwa yang diangkat menjadi topik kali inipun dipilih karena memiliki dampak yang begitu luas terhadap kepentingan masyarakat. Kami harapkan pemaparan ini dapat membantu memberi informasi yang lebih detil kepada masyarakat luas, dan yang terpenting adalah dapat membantu penyelesaian secara menyeluruh dari setiap persoalan yang kami angkat sebagai topik investigasi.

 ***

Mataram Rusuh, Sejumlah Gereja Dibakar Massa

Mataram Kian Mencekam, Sweeping Dari Rumah ke Rumah

Kapolri Tembak di Tempat, Wisatawan Mundur Serempak

Saling Tuding Provokator, Masyarakat Semakin Resah

Ribuan Warga Eksodus

 

 

 

 

 

 

 

 

Mataram Rusuh, Sejumlah Gereja Dibakar Massa

Hari ini, Senin 17 Januari 2000, ribuan massa yang tak terkendali mengamuk dan membakar gereja di berbagai tempat di Mataram. Aksi kerusuhan bernuansa SARA ini percah di Mataram sesaat setelah dilaksanakannya Tablig Akbar di lapangan Mataram. Amuk massa terus berlanjut di malam hari dengan merusak dan membakar rumah warga nasrani. Hingga malam ini sedikitnya sembilan rumah warga nasrani hangus terbakar dan puluhan lainnya hancur dirusak, sementara tujuh buah gereja tinggal menjadi puing.

Dua buah bangunan gereja bersejarah peninggalan Belanda, masing-masing di depan RSU Mataram dan di belakang kantar walikota, hangus terbakar. Sementara gereja baru yang megah di Jalan Bung Karno tak berdaya menghadapi serbuan massa. Demikian pula halnya dengan gereja yang berada di Jl. Lingkar Ampenan, Jl. Yos Sudarso, Jl. Pemuda, Jl. Panji Tilar Negara, luluh oleh jago merah. Sebuah kendaraan roda empat dengan nopol N 370 FC yang kebetulan parkir di depan sebuah gereja tidak luput dari amuk massa.

Seluruh rangkaian peristiwa ini berawal dari bubarnya massa yang mengikuti Tablig Akbar Solidaritas untuk Ambon pada pukul 11.00. Dengan berjalan kaki mereka meninggalkan arena dan menyebar pulang ke berbagai arah. Suasana mulai memanas setelah sejumlah massa meneriakan yel-yel provokatif serta menunjuk gereja di belakang kantor walikota. Tanpa komando lagi serentak massa melempari gereja tersebut dengan batu yang dilanjutkan dengan membakar mobil yang tengah diparkir di depan gereja tersebut. Tidak puas dengan hal itu, massa mulai mencari sasaran lain dan bergerak ke arah timur. Lima tembakan peringatan yang dilepaskan aparat justru menambah beringas massa.

Aparat yang berjumlah sekitar 40 orang dengan modal tameng dan tongkat tidak kuasa mengusir massa dari depan RSU Mataram. Setelah melakukan aksinya, pada pukul 12.30 massa bergerak menuju Gereja yang berdekatan dengan Asrama Yonif 742 di Gebang. Petugas yang telah siaga berhasil menghalau mereka, kendati didahului oleh bentrok fisik yang menyebabkan 8 orang warga diangkut ke rumah sakit. Serbuan gas air mata menyebabkan massa mundur ke Jalan Bung Karno dan membakar rumah makan Vanini yang dahulunya merupakan tempat ibadah warga nasrani. Api sempat merembet dan menghanguskan bangunan lain di sekitarnya.

Informasi yang cepat menyebar dari sesama warga menyebabkan Mataram berubah menjadi kota mati. Semua toko di sentra-sentra perdagangan maupun di pemukiman serentak tutup. Di setiap ujung gang nampak segerombolan warga dengan senjata tajam terhunus berjaga-jaga dari serbuan massa. Sementara itu warga nasrani berduyun-duyun menyelamatkan diri, mengungsi ke pos-pos militer seperti Polda, Lanal, dan markas AD di Gebang.

Malam ini warga berjaga dengan penuh was-was karena kaum perusuh masih terus bergentayangan, sementara udara malam dihiasi dengan kobaran api dan dentum senjata. Mataram sangat mencekam!

*****

Mataram Kian Mencekam, Sweeping Dari Rumah ke Rumah

Setelah membakar gereja, ribuan massa sejak kemarin malam hingga malam ini (Selasa, 18 Januari 2000) mulai menyerang rumah-rumah warga Nasrani. Aksi massa yang menyantroni rumah-rumah warga nasrani yang bertebaran di berbagai tempat, menyulitkan aparat untuk dapat berbuat banyak. Demikian pula warga sekitar tidak dapat berbuat banyak untuk menghalau massa mengingat jumlah mereka yang demikian besar dan beringas. Warga sekitar hanya dapat berbuat minimal, sekedar mengingatkan agar mereka tidak membakar. Untuk lokasi tertentu massa masih mau mendengar permintaan warga setempat namun tetap menghancurkan rumah serta harta benda yang ada. Rumah warga nasrani yang kebetulan berada jauh dari tetangga sekitar hangus dibakar massa.

Sasaran yang paling parah adalah kompleks pemukiman. Di BTN Sandik, ratusan massa melakukan sweeping dan hasilnya beberapa rumah warga nasrani di hancurkan dan barangnya di bakar beramai-ramai. Di BTN Tegalwaru tujuh rumah di luluh-lantakan, demikian pula di BTN Mavila sebuah rumah dan sebuah sepeda motor dibakar. Di BTN Kekalik yang relatif lebih luas, sedikitnya 15 rumah telah dihajar massa.

Semula, aksi massa di BTN Sandik dapat dihalau pasukan PPH pada pukul 01.00 setelah berhasil merusak dua buah rumah warga. Upaya aparat untuk menghalau massa menyebabkan 1 orang tewas dan 1 orang lainnya luka berat serta 4 perusuh berhasil diamankan. Kemarahan massa berlanjut, pukul 01.30 mereka kembali melakukan sweeping. Sedikitnya 10 buah rumah kembali dihancurkan dan 3 unit mobil dibakar.

Di Perumnas Tanjung Karang, pemukiman Selag Alas, pemukiman Seganteng, hal serupa tidak terelakan. Demikian pula ditempat-tempat lainnya. Beberapa toko dan gudang logistik telah mulai dijarah oleh massa. Hanya lingkungan pemukiman warga Hindhu Bali yang aman dari serbuan massa, kendati warga tetap siaga penuh.

Tercatat 3 sepeda motor di jalan Majapahit di bakar massa di tengah jalan. Sebuah kendaraan roda empat di jalan Pendidikan remuk dihajar massa. Hingga saat ini massa masih berusaha menerobos pertahanan aparat yang melindungi TK dan SD Alethea di Ampenan. Demikian pula di pertokoan Ampenan, massa terkonsentrasi dan mendesak untuk menghancurkan pertokoan. Namun aparat tetap berusaha mempertahankan wilayah tersebut setelah 4 mobil dan sejumlah sepeda motor, bahkan RS Karang Ujung diamuk massa.

Sementara itu, konsentrasi massa yang jumlahnya mencapai ribuan terjadi di perempatan Seruni. Mereka meminta agara aparat Kepolisian melepaskan 15 orang warga setempat yang diciduk oleh Polisi. Untuk menghalau massa, aparat terpaksa melepaskan tembakan peringatan hingga berkali-kali. Namun setelah melalui negosiasi bersama walikota Mataram, akhirnya 15 orang warga masyarakat yang diciduk aparat berhasil dikeluarkan.

*****

Kapolri Tembak di Tempat, Wisatawan Mundur Serempak

Hari ini, Rabu, 19 Januari 2000, Kapolri Letjen (Pol) Rusdihardjo menginstruksikan aparat keamanan bertindak tegas mengatasi amuk massa dengan mengeluarkan perintah tembak di tempat. Keputusan ini diambil Kapolri seusai mengadakan pertemuan dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat sepulau Lombok, siang tadi. Bersamaan dengan itu, Danrem 162/WB, Kolonel Inf Soekotjo HS menurunkan 3 kompi, dua kompi diantaranya dari satuan Kompi Yonif 742/SWY dan satu kompi dari Denpasar Bali.

Sementara itu aksi amuk massa di Mataram masih berlanjut, bahkan melebar ke Kabupaten Lombok Barat, seperti di Bengkel, Tanjung dan Senggigi. Di kawasan wisata ini massa memporak-porandakan restaurant Putri Minahasa, diskotik Marina dan Ronaldo serta beberapa rumah di BTN Senggigi. Tidak ketinggalan pula lapangan golf Golong, Narmada ikut menjadi sasaran massa.

Di kodya Mataram, selain menghancurkan rumah warga nasrani di Cemara serta show room mobil di Sweta, amuk massa terasa semakin tidak terkendali lagi. Hal ini terlihat dengan dibakarnya sebuah kompleks perkantoran sebuah LSM milik seorang muslim anggota DPRD berikut tiga mobil yang ada di sana. Gerombolan massa yang terkonsentrasi di jalan Airlangga kembali menyerang sebuah rumah dan sebuah toko. Selain itu massa juga membakar hangus rumah salah seorang pengacara yang lokasinya berdekatan. Penginapan, art-shop dan rumah billiard juga menjadi sasaran massa di Ampenan.

Akibat dari suasana yang mencekam ini, 600 orang wisatawan telah meninggalkan Mataram menuju Bali. Sementara itu dari 300 orang wisatawan mancangara yang tersisa, 120 diantaranya telah mendaftarkan diri untuk dievakuasi.

Hingga saat ini total jumlah korban yang tercatat adalah 40 orang luka akibat lemparan batu dan tertembak peluru karet dan dua orang tewas. Para korban hingga kini masih dirawat di RSU Mataram.

*****

Saling Tuding Provokator, Masyarakat Semakin Resah

Pertanyaan terpenting dan selalu menjadi tanda tanya masyarakat luas dari aksi kerusuhan massa ini adalah: siapa aktor intelektual dibalik peristiwa tersebut? Melihat pola dan magnitute dari peristiwa tersebut, sulit rasanya untuk menerima pernyataan bahwa kejadian tersebut bersifat spontan dan tidak terencana. Fakta sebelum terjadinya kerusuhan inipun memperkuat sinyalemen tersebut, di mana para tokoh nasrani telah menerima teror melalui telephone dan ancaman agar warga nasrani meninggalkan Mataram dalam waktu 2 x 24 jam. Adanya ancaman inilah yang banyak menyelamatkan warga nasrani sehingga sebelum kejadian banyak diantara mereka yang telah meninggalkan Mataram maupun mengungsi ke tangsi-tangsi militer.

Boleh jadi bahwa partisipasi massa bersifat spontan, namun sulit menerima bahwa partisipasi tersebut muncul begitu saja tanpa adanya operator lapangan yang bertugas memprovokasi.

Banyak skenario yang beredar di tengah masyarakat, baik dalam cakupan skenario nasional yang menyatakan sebagai aksi sayap militer dan berbagai kelompok yang ingin menjatuhkan pemerintahan Gus Dur, maupun skenarion lokal yang menyatakan sebagai akibat persaingan elite politik lokal yang tidak puas dengan kepemimpinan Gubernur NTB.

Pihak kepolisian mensinyalir bahwa kerusuhan tersebut digerakan oleh 7 orang provokator, di mana tiga orang diantaranya berasal dari Jakarta. Keempat provokator lokal sudah ditahan di Mapolda NTB untuk diproses. Sedangkan tiga orang provokator dari Jakarta juga masih di selidiki. Ketiganya adalah anggota dari suatu organisasi massa yang kerap mengadakan aksi demo dan pimpinannya sering menjadi langganan tudingan dari berbagai keresahan sosial. Ketiga orang tersebut memang hadir di Mataram pada hari kerusuhan untuk suatu kepentingan yang berkaitan dengan acara Tablig Akbar.

Sementara itu seorang anggota DPRD dari pengungsiannya dengan galak menuding bahwa ketua panitia acara Tablig Akbar tersebut sebagai pihak yang paling bertanggungjawab terhadap kerusuhan sosial tersebut. Lain lagi dengan anggota DPRD lainnya yang juga merupakan pimpinan suatu LSM, dengan lantang ia menuding bahwa kerusuhan tersebut digerakan oleh seorang mantan pejabat yang tidak senang dengan Gubernur NTB pada saat ini.

Tentu saja tudingan-tudingan tersebut dibantah oleh pihak-pihak yang dirugikan. Merajut skenario dengan merangkai dugaan-dugaan memang mudah. Namun sebaiknya semua ini didasari oleh penelitian fakta-fakta di lapangan. Biarkan fakta-fakta yang berbicara dan membimbing kita ke arah kesimpulan, bukan sekedar pikiran-pikiran nakal yang berkembang menjadi isu baru yang meresahkan. Oleh sebab itu kita harapkan berbagai pihak untuk menghentikan saling tuding dan bersama-sama membantu pihak kepolisian agar dapat bekerja dengan cepat dan teliti untuk menyibak siapa dalang di balik semua ini.

Hingga hari ini jumlah perusuh yang berhasil diamankan Polda NTB tercatat sebanyak 256 orang. Dari jumlah tersebut, 15 orang dinyatakan sebagai tersangka dan 131 orang yang dilepas karena tidak cukup bukti, dan 110 orang kini masih dalam pemeriksaan. Sementara itu korban jiwa tercatat sedikitnya 5 orang, 7 orang mengalami luka berat dan 152 orang mengalami luka ringan. Dari pihak aparat tercatat 2 orang mengalami luka ringan dan satu orang luka berat.

Sedikitnya 77 buah rumah (31 di Cakra, 30 di Mataram dan 16 di Ampenan) dirusak/dibakar massa, 29 toko dan 3 restaurant juga ikut menjadi sasaran amuk massa. Sedangkan gereja yang menjadi korban masing-masing 5 unit di Kecamatan Ampenan, 5 unit di Kecamatan Mataram dan 2 unit di Kecamatan Cakra.

*****

Ribuan Warga Eksodus

Hingga hari ini, Jumat 21 Januari 2000, sedikitnya 6 ribu warga nasrani yang telah melakukan eksodus ke luar dari Lombok dan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah. Sehubungan dengan rawannya jalan menuju pelabuhan laut di Lembar, eksodus terbesar di lakukan melalui jalur udara. Hercules yang digunakan mengangkut bantuan aparat juga digunakan untuk mengangkut mereka yang ingin keluar dari Lombok. Selain itu pesawat carter juga ikut digunakan guna menghadapi kurangnya jadwal penerbangan akibat melonjaknya jumlah warga yang ingin eksodus.

Penerbangan maskapai Merpati setiap harinya, terhitung sejak hari kerusuhan, mengangkut 800 orang. Belum lagi di tambah dengan mereka yang menggunakan maskapai penerbangan lainnya seperti Garuda, Silk Air maupun Buraq. Sedangkan jumlah warga yang pernah mengungsi ke Polda NTB tercatat sebanyak 3350 orang dan sebanyak 1120 orang diantaranya telah meninggalkan Lombok. Pengungsi yang masih berada di sana hingga hari ini berjumlah 800 orang, selebihnya telah meninggalkan Lombok menggunakan jalur laut dengan kawalan ketat aparat.

Sementara itu jumlah warga nasrani yang pernah mengungsi di Yonif 742 Gebang tercatat 3.596 orang. Dari jumlah tersebut, 950 orang telah diberangkatkan menuju arah Jawa dan Bali, sedangkan yang menuju NTT sebanyak 700 orang. Di tengah aksi eksodus ini hanya 96 orang yang memutuskan untuk tetap bertahan di Mataram. Sementara itu di Lanal Ampenan tercatat jumlah pengungsi sebanyak 124 orang.

Persoalan yang dihadapi oleh pengungsi di berbagai tempat penampungan adalah berjangkitnya penyakit infeksi saluran pernafasan dan diare. Hal ini dapat dimaklumi mengingat keterbatasan fasilitas yang dimiliki oleh tempat penampungan, terutama terbatasnya jumlah MCK.

Data terakhir yang dikeluarkan oleh Kanwil Hansip Kota Mataram menyebutkan bahwa jumlah pengungsi yang kini masih berada ditempat adalah 3.020 jiwa dengan rincian di Yonif Gebang 1.855 jiwa, Ajenrem 192 jiwa, Polda 440 jiwa, Lanud Rembiga 37 orang, Lanal Ampenan 45 jiwa, Polres Lobar 123 jiwa dan Brimob 328 jiwa.

Sementara itu jumlah rumah toko dan gudang yang dirusak massa berjumlah 19 unit dengan rincian; di Jalan Yos Sudarso 15 unit dan di Kebon Roek 4 unit. Adapun nama-nama ruko dan gudang yang rusak di Jalan Yos Sudarso yaitu UD Agung Sejahtera, Ruko Olympic, Ruko Surya, UD Anugerah, Toko Asihan, Ruko Anonim, gudang Jaya Abadi, Ruko Prisma, Ruko Ayu Dewi, empat lokal gudang roti, Ruko Thyan They, Ruko Bintang Indah, Ruko Duta Motor. Di Kebon Roek yaitu toko Zeni, toko Zeni, biliar center dan toko Ibok.

Sedangkan ruko yang rusak di mataram berjumlah 17 unit dengan rincian di pertokoan Shoping Center yaitu toko Arjuna, toko Delima, di Jalan Bung Karno bengkel Sepala dan Ruko Lumayan, di pertokoan Rembiga toko Yong dan 2 UD Mayura, di Jalan Kartini toko Flamboyan dan gudang, di Jalan Panca Usaha café Inilah dan rumah makan Blambangan, di Jalan Erlangga toko Bumi Ayu dan toko Serbaguna, di Jalan Kerinci Foto Copy centre, di Jalan Langko agen bus Vivon Sayang dan salon Rosita.

Informasi mengenai kerugian masih simpang siur. Pemda Tingkat I NTB menyatakan kerugian hanya Rp 6,5 miliar, sementara Polda NTB menyebutkan kerugian material sekitar Rp 60 miliar.